25 Januari 2014

Psikologi Komunikator


Psikologi Komunikasi

Psikologi Komunikator




Disusun oleh :
Tiara Saras Yuliana-602012004
Vania Dezmonda-602012005
Maria Zen Budiati-602012009

PUBLIC RELATIONS
FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS SATYA WACANA
2013



Psikologi komunikator
Sebagai komunikator pengaruh kepada audiens atau komunikan tentu sangatlah penting . dalam hal ini, kemampuan berbicara saja ternyata tidak cukup. Penampilan ternyata memiliki pengaruh yang sangat besar. He doesn’t communicate what he says, he communicates what he is. Komunikator  tidak hanya dapat menyuruh pendengar memperhatikan apa yang ia ucapkan tetapi, komunikan akan memperhatikan siapa yang mengatakan.
A.    ETHOS
Lebih dari 2000 tahun yang lalu, Aristoteles menulis:
Persuasi tercapai karena karakteristik personal pembicara, yang ketika ia menyampaikan pembicaraannya kita menganggapnya dapat dipercaya. Kita lebih penuh dan lebih cepat percaya pada orang-orang baik daripada orang lain. Alasannya karena karakter hampir bisa disebut sebagai alat persuasi yang paling efektif yang dimilikinya.
Aristoteles menyebut karakter komunikator ini sebagai ethos. Ethos terdiri dari pikiran baik, akhlak yang baik, dan maksud yang baik ( good sense, good moral, character, good will).Pendapat Aristoteles ini diuji secara ilmiah 2300 tahun kemudian oleh Carl Hovland dan Walter Weiss (1951). Mereka melakukan eksperimen pertama tentang psikologi komunikator. Kepada sejumlah besar subjek disampaikan pesan tentang kemungkinan membangun kapal selam yang digerakkan oleh tenaga atom (waktu itu, menggunakan energi atom masih merupakan impian).
Hovland dan Weiss menyebut ethos ini kredibility yang terdiri dari dua unsur : Expertise (keahlian) dan trustworthiness (dapat dipercaya). Ketika komunikator berkomunikasi, yang berpengaruh terhadap khalayak bukan saja apa yang ia katakan (pesan), tetapi penampilannya, keadaan dirinya, cara berpakaiannya, model sisir rambutnya juga berpengaruh terhadap khalayak, dan sekaligus semuanya mendapat penilaian dari khalayak pada saat itu.
Dimensi-dimensi Ethos
1.      KREDIBILITAS
Kredibilitas adalah seperangkat persepsi komunikate tantang sifat-sifat komunikator. Dari definisi ini terkandung dua hal, yaitu :
1.      kredibilitas adalah persepsi komunikate, jadi tidak inheren dalam diri komunikator
2.       kredibilitas berkenaan dengan sifat-sifat komunikator (disebut juga komponen-komponen kredibilitas).
Inti dari kredibilitas adalah persepsi, yang secara sederhana dapat diartikan pandangan komunikate terhadap komunikator. Oleh karena itu persepsi tidaklah tetap melainkan berubah-ubah bergantung kepada pelaku persepsi (komunikate), topik yang dibahas, dan situasi.
Misalnya, anda seorang mahasiswa akan sangat dikagumi apabila anda KKN (kuliah kerja nyata) di daerah terpencil (pelosok pedesaan). Tetapi mungkin anda akan dianggap biasa saja di lingkungan masyarakat kota yang terdidik. Sekali lagi harus dikatakan bahwa kredibilitas akan sangat tergantung kepada “siapa” yang memberi persepsi. Karena persepsi merupakan pandangan orang lain (komunikate), maka persepsi itu dapat dimanipulasi dengan cara menggunakan beragam atribut/asesoris yang dapat mengubah persepsi orang lain terhadap komunikator. Misalnya, seorang profesor dari perguruan tinggi terkemuka didandani pakaian robek-robek, lusuh dan dekil. Maka kita dapat meramalkan kredibilitas sang profesor tersebut akan jatuh, akan lain halnya apabila sang profesor tersebut mengunakan jas dan dasi lengkap.
2.      ATRAKSI
Atraksi (attractiveness) adalah daya tarik komunikator yang besumber dari fisik. Seorang komunikator akan mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan sikap melalui mekanisme daya tarik (fisik), misalnya, komunikator disenangi atau dikagumi yang memungkinkan komunikate menerima kepuasan. Atau daya tarik ini disebabkan oleh adanya faktor kesamaan antara komunikator dan komunikate, sehingga memungkinkan komunikate tunduk terhadap pesan yang dikomunikasikan komunikator.
 Daya tarik fisik adalah salah satu yang dapat menyebabkan pihak lain (komunikate) merasa tertarik kepada komunikator. Misalnya, kita menyenangi orang-orang yang cantik atau tampan, atau mungkin kita akan menyenangi orang-orang yang memiliki banyak kesamaan dengan kita, atau mungkin juga kita akan menyenangi orang-orang yang memiliki kemampuan yang lebih tinggi dari kita. Hal-hal itu terkait dengan daya tarik fisik, ganjaran, kesamaan, dan kemampuan. Komunikator yang menarik secara fisik akan memiliki daya tarik tersendiri yang memungkinkan ia memiliki pesona persuasif.
3.      KEKUASAAN
Kekuasaan adalah kemampuan menimbulkan ketundukan. Ketundukan timbul dari interaksi antara komunikator dan komunikate. Kekuasaan menyebabkan seorang komunikator “memaksakan” kehendaknya kepada orang lain, karena ia memiliki sumber daya penting (critical reseorces).
B.     PHATOS
Pathos diartikan sebagai “imbauan emosional (emitional appeals)” yang ditunjukkan oleh seorang rhetor dengan menampilkan gaya dan bahasanya yang membangkitkan kegairahan dengan semangat yang berkobar-kobar pada khalayak. Sejatinya, pathos ini perlu dimiliki oleh seorang ahli pidato (rethor) yang tercemin dari gaya serta bahasanya yang mampu membangkitkan khalayak untuk tujuan-tujuan tertentu. Indonesia memiliki Ir. Soekarno yang memiliki pesona dalam berbicara di depan umum (publik). Semangat pergerakan untuk mengusir penjajah pada waktu itu, bukan semata-mata ditentukan oleh ujung senjata, melainkan pula terletak diujung lidah. Retorika yang baik akan sanggup “membius” khalayak untuk bersatu mengusir penjajah.
C.    LOGOS
Logos diartikan sebagai “imbauan logis (logical appeals) yang ditunjukkan oleh seorang orator bahwa uraiannya masuk akal sehingga patut diikuti dan dilaksanakan oleh khalayak. Sama halnya dengan pathos, logos pun perlu dimiliki oleh seorang orator/rethor. Kahaayak akan mau dan “bersuka rela” mengikuti ajakan/anjuran komunikator apabila pesannya disampaikan dengan uraiannya yang masuk akal, dan dengan argumentasi yang kuat. Tidak semua orang memiliki logos dalam setiap perkataan yang disampaikanya. Mungkin ada orang yang cenderung memiliki pathos daripada logos atau sebaliknya. Ada satu mitos yang mungkin anda bisa percaya atau tidak: “selain kematian, hal lain yang menakutkan adalah berbicara di depan umum”. Namun bagi seorang komunikator “ulung” yang melengkapi dirinya dengan ethos, pathos dan logos, hal itu tidak berlaku.



Ir. Soekarno
Soekarno atau biasa di panggil Bung Karno, lahir pada tanggal 6 Juni 1901 di Blitar, Jawa Timur dan meninggal Dunia di Jakarta, 21 Juni 1970. Ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya Ida Ayu Nyoman Rai. Semasa hidupnya, Beliau mempunyai 3 orang istri (walaupun sebenarnya istrinya lebih dari itu)  dan dikaruniai delapan anak. Dari istri Ibu Fatmawati mempunyai anak Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati dan Guruh. Dari istri Hartini mempunyai Taufan dan Bayu, sedangkan dari istri Ratna Sari Dewi, wanita turunan Jepang bernama asli Naoko Nemoto mempunyai anak Kartika.
Kepemimpinan Bung Karno tentunya menggunakan komunikasi yang baik. Karena bisa berdampak baik bagi rakyat Indonesia. Bisa kita lihat dari cara memimpin bung Karno. Kepemimpinan secara konsep berawal dari kepemimpinan potensial yang selanjutnya jika di asah akan menghasilkan kepemimpinan kinetic. Kepemimpinan Kinetik inilah yang secara rill dapat dilihat kinerja nyatanya oleh setiap objek yang dipimpin dan pihak ketiga. Kunci kesuksesan dari segi kepemimpinan adalah dengan gaya masing-masing pemimpin yang sesuai dengan kondisi serta berada pada koridor waktu yang tepat. Kepemimpinan pun merupakan hasil dari interaksi dua arah antara pemimpin dengan orang yang dipimpinnya.
Seperti, yang ada pada diri bung Karno. Bung Karno bisa mengeluarkan image ‘nya untuk membuat diri para rakyatnya optimis. Inilah yang menjadikan bung Karno dapat menjadi pemimpin yang baik. Tidak hanya dari image yang dikeluarkannya saja namun juga cara berkomunikasinya yang bisa mempengaruhi komunikannya.
Sejatinya sebuah pembentukan karakter manusia, Kepemimpinan dari aspek tatanan kehidupan merupakan hasil bentukan. Bentukan mengandung arti bahwa kepemimpinan ini nyatanya adalah hasil dari proses berbagai kristalisasi dan pola piker yang mendalam yang dari kewaktu mengalami pendewasaan dalam pengambilan keputusan serta peningkatan kebijaksanaan dalam kehidupan., Mengindikasikan bahwa kepemimpinan yang sejati memang akan terpatri dalam diri seseorang.
Melihat dari sifat seorang pemimpin sendiri yang ada di dalam diri bung Karno. Yang sebenarnya karakteristik sebagai pemimpin itu ia bentuk sendiri dengan cara memperbaiki diri sendiri. Agar komunikan juga bisa percaya apa yang kita utarakan tak hanya omongan kosong saja.

manusia dengan banyak dimensinya yang selama ini masih banyak tercecer dan belum banyak dipublikasikan. Kita bisa terharu pada ketulusan Bung Karno, bisa tersenyum pada kejenakaan Bung Karno, bisa kagum pada kecerdasan Bung Karno, bisa sedih atas penderitaan Bung Karno, bisa kecewa atas sikap tertentu dari Bung Karno, bisa optimis atas masa depan dari visi dan langkah Bung Karno. Di atas semua itu, akhirnya, kita akan mendecak kagum sambil mengatakan, “Kita bangga pada Bung Karno dan kita rindu pada pemimpin seperti Bung Karno.”
Sosok bung karno sebagai presiden pertama bangsa indonesia, memberikan statement yang bisa membuat rakyat Indonesia terpengaruh dengan beliau. Hal ini terjadi karena, bung karno bisa merasakan apa yang dirasakan oleh rakyat dan beliau mengambil isu dari apa yang dihadapi oleh masyarakat. Nah, dengan begini rakyat mulai berfikiran positif bahwa seorang bung Karno memang benar-benar pemimpin yang baik karena dia tidak hanya omong kosong namun yang dilakukannya itu real. Tak hanya itu saja, bung Karno juga mengemas psikologi komunikasi kepada masyarakat dengan menyentuh hati mereka.

Jadi, Bung karno menggunakan psikologi Komunikasi untuk mendekatkan diri dengan mereka, sehingga apa yang bung karno sampaikan bisa menjadin panutan serta diikuti oleh rakyat.
 

Zen Copyright © 2015 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos